Sahabat Koperasi Pasar Burung (Copasburung) kali ini kita akan berbagi info tentang Mengenal Jenis Burung Murai Batu dan Cara Perawatan Burung Murai Batu. Burung murai atau shamas (dari shama, Bengali dan bahasa Hindi untuk C. malabaricus) merupakan burung pemakan serangga berukuran sedang (beberapa juga makan buah beri dan buah lainnya) dalam genus Copsychus. Burung jenis ini banyak ditemukan di area taman dan hutan di Afrika dan Asia. Genus Copsychus diperkenalkan oleh naturalis jerman Johann Georg Wagler pada tahun 1827. Satu jenis spesies yang kemudian ditunjuk sebagai murai kampung. Nama Copsychus diambil dari bahasa yunani Kuno kopsukhos atau kopsikhos yang berarti "burung hitam". Genus ini terdiri dari 12 spesies, yakni Murai india (Copsychus fulicatus). Murai kampung (Copsychus saularis), Murai ekor kuning (Copsychus pyrropygus), Murai madagaskar (Copsychus albospecularis), Murai Seychelles (Copsychus sechellarum), Murai Filipina (Copsychus mindanensis), Kucica hutan (Copsychus malabaricus), Murai andaman (Copsychus albiventris), Murai mahkota putih (Copsychus stricklandii), Murai alis putih (Copsychus luzoniensis), Murai ekor putih (Copsychus niger), Murai hitam (Copsychus cebuensis).
Burung murai batu (Copychus
malabaricus) adalah anggota keluarga Turdidae. Burung keluarga Turdidae dikenal
memiliki kemampuan berkicau yang baik dengan suara merdu, bermelodi, dan sangat
bervariasi. Ketenaran burung murai batu bukan hanya sekedar dari suaranya yang
merdu, namum juga gaya bertarungnya yang sangat aktraktif.
Burung Murai Batu merupakan
salah satu jenis burung istimewa yang keberadaannya sudah sangat populer di
Indonesia. Selain Cucak Jenggot, Kenari dan Lovebird, burung dengan ekor
panjang ini juga sudah menjadi perbincangan lama para pecinta kicau saat ini.
Bagaimana tidak, selain mempunyai perawakan indah, jenis burung yang juga
dikenal dengan nama Kucica Hutan tersebut juga memiliki kicauan gacor keras dan
luar biasa sambil teler (Baca: Suara Murai Batu). Mungkin berawal dari itulah,
mengapa para penggila dari burung yang bernama latin Copsychus malabaricus ini
begitu kagum. Entah itu penggemar murai batu Medan, Nias, Lampung, Aceh maupun
Borneo (Kalimantan).
Sayangnya kepopuleran
berbagai macam jenis Murai Batu tersebut berbanding terbalik dengan fakta yang
ada. Dimana keberadaan murai batu sudah terancam punah, entah karena pemburu
liar atau murni sebab kerusakan lingkungan. Hal ini juga pernah diungkapkan
lembaga Konservasi Internasional (IUCN), bahwa untuk burung Murai Batu di
Indonesia perlu mendapatkan perhatian khusus karena jumlahnya sudah semakin
berkurang. Tanpa berselang lama semua jenis burung penyanyi dari genus
Copsychus Malabaricus ini telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai hewan yang
dilindungi.
Terlepas dari itu semua,
untuk wilayah penyebaran Murai Batu sudah hampir merambah ke seluruh negara di
Asia. Di Indonesia sendiri ia bisa ditemui di Pulau Sumatra, Jawa dan
Kalimantan. Tentunya di setiap pulau penyebaran tersebut, terdapat beragam
jenis Murai Batu yang mempunyai karakter suara dan tampilan fisik yang
berbeda-beda. Salah satu burung ekor panjang yang paling terkenal yang berasal
dari kota Menara Air Tirtanadi, Medan. Selain dari Medan tentunya ada yang
berasal dari Kalimantan yang tidak kalah hebat masalah telernya. Bagi Anda yang
ingin mengenal lebih jauh seputar kucica hutan di tanah Air, berikut beberapa
jenis murai batu lengkap dengan gambar yang bisa Anda simak.
Beberapa Jenis Burung Murai
Batu di Indonesia
1. Murai Batu Aceh
Murai Aceh, di kaki G Leuser
wilayah Aceh. Panjang ekor 25 – 30 cm. Murai Batu Aceh merupakan burung yang
berasal dan paling banyak ditemukan di wilayah Sumatera Utara, khususnya daerah
Provinsi Aceh. Jenis murai yang satu ini juga mempunyai ciri panjang ekor
beragam yang rata-rata bisa tumbuh sampai 19-30cm. Selain itu, burung yang
berasal dari kota Serambi Mekah ini juga bisa mengerluarkan suara ngeroll
panjang dan gemar sekali mengeluarkan suara nembak. Meskipun ukuran bodi
relatif lebih kecil, namun Burung Murai Aceh ini mempunyai mental petarung
cukup baik. Tak jarang hal tersebut membuat Murai mania menjadi kagum.
2. Murai Batu Medan
Murai batu medan, Bukit
Lawang, Bohorok, kaki G Leuser wilayah Sumatra Utara. Panjang ekor 27 – 30 cm. Seperti
namanya, Murai Batu ini besaral dari Medan. Ia mempunyai ciri khusus pada
bagian ekornya yang melengkung panjang. Bentuk ekor yang tipis tersebut bisa
memanjang sampai 27 sampai 30 cm. Power kicauan yang dimiliki keras dan
melengking. Ditambah lagi Murai Medan ini dikenal sebagai burung petarung yang
mempunyai mental pemberani. Saat mendengar kicauan lain pada saat di alam liar
ia tidak segan mengembangkan dada dan perutnya yang sebagian masyarakat Pulau
Jawa menamainya dengan istilah Ndegek dan Ngobra.
3. Murai Batu Lampung
Murai batu Lampung, hidup di
Krakatau, Lampung. Ukuran tubuh lebih besar dari Murai Medan. Panjang ekor 15 –
20 cm. Sementara itu Burung Murai Batu Lampung mempunyai ekor yang lebih pendek
dan kaku daripada jenis lain. Jenis murai ini juga mempunyai kicauan luar biasa
yang mampu menirukan jenis burung pengicau lain. Meskipun karakter suara yang
dikeluarkannya cenderung berulang-ulang, namun semua terdengar cukup merdu dan
keras. Selain itu, murai lampung dikenal sebagai burung yang mempunyai stamina
kuat yang tidak mudah letih jika saat berkicau.
4. Murai Batu Borneo
Murai Banjar (Borneo), jenis
ini paling populer di Kalimantan, karena sering merajai berbagai lomba di
Kalimantan. Penyebaran di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Panjang ekor
10 – 12 cm. Burung murai asal pulau Kalimantan ini juga menjadi perhatian
khusus para penghobi burung saat ini, karena Murai Batu Borneo juga mempunyai
penampilan dan kemampuan kicau yang mengagumkan. Di habitat aslinya, ia dikenal
sebagai burung agresif yang selalu ngotot jika mendengar kicaun burung lain.
5. Murai Batu Nias
Murai batu Nias, panjang
ekor 17 – 25 cm. Ekor keseluruhan berwarna hitam. Burung Murai yang satu ini
juga mempunyai power kicauan gacor keras dan memiliki mental kuat. Selain itu
Murai Nias ini mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi, karena kepandaian
menirukan suara jenis burung pengicau lain dan bahkan suara manusia. Maka tak
heran, jika unggas pengicau yang satu ini cukup menjadi primadona di mata
komunitas Murai Batu di Tanah Air.
Selain kelima Jenis Burung
Murai Batu di atas, masih terdapat jenis murai batu lain yang dikenal di
Indonesia antara lain Murai Jambi, hidup di Bengkulu, Sumatra Selatan, Jambi; Murai
Palangka (Borneo), panjang ekor 15 – 18 cm. Hidup di Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Barat; Larwo (Murai Jawa), hidup di Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Tubuh jauh lebih kecil dari murai medan. Jenis ini sudah sangat langka ditemukan.
Panjang ekor 8 – 10 cm;
Burung murai yang satu ini
mempunyai ciri panjang ekor yang bisa tumbuh 8 hingga 13. Meskipun ukuran
ekornya relatif lebih kecil, namun burung ini paling banyak mendapatkan
apresiasi lantaran karakter suara gacor dan mental yang dimilikinya.
Bagaimana
ciri jantan dan betina burung murai batu ? Ciri jantan dan betina
murai batu dewasa sebenarnya mudah dibedakan. Untuk murai dengan sub-spesies
yang sama, maka untuk warna bulu jantan lebih mengkilat. Hitamnya hitam pekat
kebiruan (berkilau, nyambeliler, seperti berhologram), sedangkan warna merahnya
atau coklat, terlihat tajam kontras dengan warna di sebelahnya (hitam atau
putih). Murai batu yang satu sub-spesies, ekor jantan lebih panjang ketimbang
betinanya. Sedangkan lagunya, jantan lebih bervariasi.
Bagaimana cara memilih bahan burung murai batu yang
baik? Yang perlu anda perhatikan dalam pemilihan ini adalah:
Mata: Hindari membeli murai
batu yang pada matanya sudah kelihatan tanda adanya katarak, yaitu selaput
berwarna putih pada bola mata. Jika murai batu sudah katarak, resiko murai batu
tersebut menjadi buta sangat tinggi sekali.
Ekor: Cari murai batu yang
memiliki ekor rapat dan tidak terlalu tebal. Ekor yang seperti ini selain enak
dipandang, juga akan membuat murai batu memainkan ekornya pada saat ditrek.
Hindari juga membeli murai batu yang tidak punya ekor, karena kita tidak
bakalan tahu bagaimana bentuk dan jenis ekor dari murai batu tersebut, jika
ekornya sudah tumbuh kembali.
Bulu Dada: Kebanyakan murai
batu memiliki bulu dada berwarna coklat, Tapi jika Anda mendapatkan murai batu
dengan bulu dada cenderung berwarna kekuningan, maka itu rezeki Anda. Murai
batu bakalan dengan warna bulu dada seperti ini, biasanya cepat berbunyi dan
cepat juga jadi.
Usia: Jangan pernah menilai
usia murai batu hanya berdasarkan pengamatan pada kaki, ini bisa menipu calon
pembeli. Murai batu bakalan muda mempunyai tanda bulu yang masih berbintik
cokelat di bagian sayap sebelah luar maupun sayap sebelah dalam.
Perilaku: Jika ada murai
batu bakalan yang pada saat kita pegang dia menjerit kencang dan berusaha
mematuk-matuk jari tangan, inilah murai batu dengan mental berani.
Bentuk paruh: Sebaiknya
pilih bentuk paruh yang berpangkal lebar, tebal, besar dan panjang. Paruh
bagian bawah harus lurus. Jangan memilih bahan yang memiliki paruh bengkok.
Posisi lubang hidung pilih sedekat mungkin dengan posisi mata.
Bentuk kepala: Pilih yang
berbentuk kotak, mata bulat besar dan melotot. Ini menandakan burung ini
mempunyai mental tempur yang baik.
Postur badan: Pilihlah bahan
yang berpostur sedang dengan panjang leher, badan dan ekor serta kaki yang
serasi. Jangan memilih bahan yang berleher dan berbadan pendek.
Sayap mengepit rapat dan
kaki mencengkram kuat, ini menandakan bahan tersebut sehat. Warna kaki tidak
berpengaruh terhadap mental burung.
Lincah dan bernafsu makan
besar. Ini merupakan ciri-ciri bahan yang bermental baik.
Panjang ekor yang serasi
dengan postur badan. Pilihlah bentuk ekor yang sedikit lentur.
Leher panjang padat berisi.
Menandakan burung ini akan mengeluarkan power suara secara maksimal.
Bagaimana
Cara perawatan burung murai batu? Berikut ini beberapa tips
yang harus dilakukan bagi Anda yang akan mewarat burung Murai Batu.
·
Tempat/sangkar: Murai batu bisa dipelihara dengan
sangkar bulat maupun kotak. Untuk kotak ukuran 50 x 50 x 75 cm sedangkan untuk
bulat dengan diameter 50 cm atau 60 cm tergantung dari jenis murai batu yang
kita pelihata apakah berekor panjang atau pendek. Sementara tenggeran atau
pangkringan bisa dibuat dengan kayu asam diameter 1,3 cm; bisa berbentuk palang
bersusun mapun leter T.
·
Untuk perawatan harian, murai batu tidak
perlu dikerodng dan hanya dikerodong malam hari agar tidak kedinginan.
·
Pakan: Hal utama yang perlu diperhatikan
dalam hal pakan adalah menu yang variatif sehingga kecukupan nutrisi, vitamin
dan mineralnya. Pakan yang bagus, selain lengkap nutrisinya seperti protein,
karbohidrat, juga lengkap vitaminnya seperti vitamin A, D3, E, B1, B2, B3
(Nicotimanide) B6, B12, C dan K3. Selain itu, perlu pula mengandung zat
esensial seperti D-L Methionine, I-Lisin HCl, Folic Acid (sesungguhnya adalah
salah satu bentuk dari Vitamin B) dan Ca-D. Di samping vitamin, perlu juga
kecukupan mineral. Mineral dibutuhkan dalam pembentukan darah dan tulang, keseimbangan
cairan tubuh, fungsi syaraf yang sehat, fungsi sistem pembuluh darah jantung
dan lain-lain. Seperti vitamin, mineral berfungsi sebagai ko-enzim,
memungkinkan tubuh melakukan fungsinya seperti memproduksi tenaga, pertumbuhan
dan penyembuhan. Yang termasuk mineral yang diperlukan burung anis kembang
adalah Calcium, Phosphor, Iron, Manganase, Iodium, Cuprum, Zinccum, Magnesium,
Sodium Chlorin dan Kalium.
·
Makanan yang sesuai untuk murai batu
Voer
(sebaiknya pilih yang berkadar protein sedang yaitu: 12%-18%). Belum tentu voer
yang berharga mahal akan cocok dengan sistem metabolisme setiap burung murai
batu. Voer harus selalu tersedia di dalam cepuknya. Selalu ganti dengan voer
yang baru setiap dua hari sekali.
EF
(Extra Fooding), pakan tambahan yang sangat baik buat burung murai batu yaitu:
jangkrik, orong-orong, kroto, cacing, ulat hongkong, ulat bambu, kelabang,
belalang dan lainnya. Pemberian EF harus selalu disesuaikan dengan karakter
pada masing-masing burung dan juga harus mengetahui dengan pasti dampak klausal
dari pemberiannya EF tersebut.
·
Perawatan dan setelan harian burung murai
batu
Perawatan
harian untuk burung murai batu relatif sama dengan burung berkicau jenis
lainnya, kunci keberhasilan perawatan harian yaitu rutin dan konsisten.
Berikut
ini pola perawatan harian dan setelan harian untuk burung murai batu:
1. Jam
07.00 burung diangin-anginkan di teras. Jam 07.30 burung dimandikan (karamba
mandi atau semprot, tergantung pada kebiasaan masing-masing burung).
2. Bersihkan
kandang harian. Ganti atau tambahkan voer dan air minum.
3. Berikan
jangkrik 4 ekor pada cepuk EF. Jangan pernah memberikan jangkrik secara
langsung pada burung.
4. Penjemuran
dapat dilakukan selama 1-2 jam/hari mulai pukul 08.00-11.00. Selama penjemuran,
sebaiknya burung tidak melihat burung sejenis.
5. Setelah
dijemur, angin-anginkan kembali burung tersebut diteras selama 10 menit, lalu
sangkar dikerodong jika akan dilakukan pemasteran. Jika tidak, pengerodongan
tidak mutlak.
6. Siang
hari sampai sore (jam 10.00-15.00) burung dapat dimaster dengan suara master
atau burung-burung master.
7. Jam
15.30 burung diangin-anginkan kembali diteras, boleh dimandikan bila perlu.
Berikan Jangkrik 2 ekor pada cepuk EF.
8. Jam
18.00 burung kembali dikerodong dan di perdengarkan suara master selama masa
istirahat sampai pagi harinya.
Cara
memberikan pakan untuk Burung Murai Batu
1. Kroto
segar diberikan 1 sendok makan maksimal 2x seminggu. Contoh setiap hari Senin
pagi dan hari Kamis pagi.
2. Pemberian
cacing diberikan 1 ekor 1x seminggu. Contoh setiap hari Selasa pagi.
3. Pengumbaran
di kandang umbaran dapat dilakukan 4 jam perhari selama 4 hari dalam seminggu.
4. Berikan
multivitamin yang dicampur pada air minum untuk menjaga kesehatan burung, dua-3
kali sepekan atau sesuai kondisi burung.
5. Penanganan
burung murai batu over birahi
6. Salah
satu ciri-ciri burung murai batu yang terlalu birahi (over birahi) antara lain:
agresif, bulu mengkorok, nglowo (sayap turun) dan mematuk ornamen sangkar.
7. Pangkas
porsi Jangkrik menjadi 3 pagi dan 2 sore
8. Lakukan
pengembunan (jam 05.30-06.00)
9. Berikan
cacing 2 ekor 2x seminggu
10. Frekuensi
mandi dibuat lebih sering, misalnya pagi-siang dan sore
11. Lamanya
penjemuran dikurangi menjadi 30 menit/hari saja
12. Berikan
multivitamin untuk menstabilkan kondisi fisik.
13. Penanganan
murai batu kondisi drop
14. Tingkatkan
porsi pemberian jangkrik menjadi 5 pagi dan 5 sore
15. Tingkatkan
porsi pemberian koto menjadi 3x seminggu
16. Berikan
klabang 2 ekor seminggu sekali
17. Mandi
dibuat 2 hari sekali saja
18. Burung
diisolasi, jangan melihat dan mendengar burung murai batu lain dahulu
19. Berikan
multivitamin
·
Penanganan burung murai batu untuk lomba
Perawatan
lomba sebenarnya tidak jauh berbeda dengan perawatan harian. Tujuan perawatan
pada tahap ini yaitu mempersiapkan burung agar mempunyai tingkat birahi yang
diinginkan dan memiliki stamina yang stabil. Kunci keberhasilan perawatan lomba
yaitu mengenal baik karakter dasar masing-masing burung.
Berikut
ini pola perawatan dan setelan lomba untuk burung murai batu:
H-3
sebelum lomba, jangkrik bisa dinaikkan menjadi 5 ekor pagi dan 4 ekor sore.
H-2
sebelum lomba, burung sebaiknya dijemur maksimal 30 menit saja.
1
Jam sebelum digantang lomba, burung dimandikan dan berikan jangkrik 3-5 ekor
dan ulat hongkong 4-7 ekor.
Apabila
burung akan turun lomba kembali, berikan jangkrik 2 ekor lagi.
Sebaiknya,
mulai H-6 burung diisolasi. Jangan sampai melihat dan mendengar suara burung
murai batu lain.
·
Perawatan dan setelan burung murai batu pasca
lomba
Perawatan
pasca lomba sebenarnya berfungsi memulihkan stamina dan mengembalikan kondisi
fisik burung, dengan pola perawatan dan setelan:
Porsi
EF dikembalikan ke setelan harian.
Berikan
multivitamin pada air minum pada H+1 setelah lomba.
·
Perawatan dan setelan burung murai batu
mabung
Mabung
(Moulting) atau rontok bulu merupakan siklus alamiah pada keluarga burung.
Perawatan burung pada masa mabung adalah menjadi hal yang sangat penting,
karena apabila perawatan yang salah pada masa ini akan membuat burung menjadi
rusak. Pada masa mabung ini, metabolisme tubuh burung meningkat hampir 40% dari
kondisi normal. Oleh karena itu, burung butuh asupan nutrisi yang berkualitas
baik dengan porsi lebih besar dari kondisi normal. Hindari mempertemukan burung
dengan burung sejenis, karena akan membuat proses mabung menjadi terganggu.
Dampak
dari ini adalah ketidakseimbangan hormon pada tubuh burung. Proses mabung juga
berhubungan dengan hormon reproduksi.
Masa
mabung (moulting) merupakan masa yang sangat menuntut perhatian penghobi
burung. Bulu yang hilang dan digantikan selama masa mabung atau meranggas ini
menyerap 25% dari total protein yang ada di dalam tubuh burung. Inilah mengapa
selama masa mabung perlu ditambahkan juga protein sebesar seperempat total
protein dalam tubuh burung.
Bulu-bulu
dan selongsong bulu terdiri atas lebih dari 90% protein, khususnya protein yang
disebut keratins. Protein bulu berbeda dengan protein pada tubuh dan telur
serta memerlukan jumlah proporsional yang berbeda atas asam amino (pembangun
sel atau blok protein). Burung harus mengonsumsi makanan dengan kandungan asam
amino jenis ini kemudian menyerap dan disimpan sebagai protein (keratin) khusus
bagi keperluan pertumbuhan bulu. Proses ini sangat penting bagi burung dan
tubuh burung harus bekerja ekstra untuk mendapatkan gizi yang cukup untuk
membentuk bulu secara sempurna.
Ketika
burung mabung, mereka juga memerlukan energi yang besar untuk memproduksi bulu
baru. Keperluan energi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein,
menyebabkan burung harus mengonsumsi lebih banyak makanan selama meranggas
untuk dapat mempertahankan pertumbuhan bulu baru. Untuk diketahui saja, energi
yang diperlukan burung selama masa mabung sebesar dua setengah kali lebih
banyak ketimbang burung yang sedang memproduksi telur (lihat misalnya
penjelasan pada “Moulting in Bird” di situs vetafarm.com yang menjadi referensi
utama untuk tulisan mengenai masalah mabung ini).
Faktor-faktor
yang berpengaruh pada masa mabung tidak bisa sepenuhnya dipahami, karena sangat
kompleks. Umur burung, musim saat mabung, cuaca harian, kadar hormon dan siklus
perkembangbiakan, semua menjadi faktor penentu bagi keberhasilan atau kegagalan
burung melewati masa mabung.
Hal
yang paling utama untuk diingat adalah bahwa pada saat burung mabung, Anda
harus memberikan suplai pakan yang cukup sehingga mereka bisa mengembangkan
bulu-bulu sesempurna mungkin.
Untuk
menyediakan protein yang diperlukan untuk peningkatan produksi bulu, Anda harus
meningkatkan asam amino yang mengandung sulfur seperti metionin dan sistin.
Protein seperti itu bisa ditemukan di dalam daging hewan. Daging dapat
diberikan kepada kebanyakan burung yang sedang mabung dalam jumlah kecil plus
pemberian suplemen makanan yang baik. Suplemen multivitamin dan multimineral
yang baik seharusnya mengandung berbagai vitamin dan mineral serta asam amino
untuk memungkinkan tumbuhnya bulu secara normal.
Meskipun
pada umumnya mabung berjalan normal, ada beberapa hal yang sering mengganggu
masa mabung burung, khususnya tumbuhnya bulu yang tidak merata atau bahkan ada
bulu yang tidak rontok (sekadar nyulam).
Penggangu
tersebut antara lain:
*
Penyakit – Penyakit yang disebabkan virus circovirus (Beak and Feather Disease)
dan virus polyoma adalah penyakit paling umum yang menyebabkan burung kesulitan
memproduksi bulu. Psittacosis kronis, gangguan parasit dan infeksi bakteri pada
usus dapat pula menyebabkan bulu burung sulit tumbuh.
*
Gizi buruk – Sebagaimana digambarkan di atas, persyaratan untuk berlangsungnya
produksi bulu secara normal memang sangat banyak, dan karenanya makanan yang
kurang gizi bisa menyebabkan tumbuhnya bulu yang tidak berkualitas (mudah
patah, mudah kusam, melintir/ keriting dan sebagainya).
*
Kimiawi – penggunaan bahan kimiawi sering menyebabkan bulu tumbuh tidak
sempurna atau bahkan merusak bulu. Salah satu contohnya adalah zat pembasmi
cacing pada merpati yang dikenal sebagai Mebendazole. Bahan kimia ini akan
menyebabkan bulu burung melintir jika diberikan semasa burung mabung.
*
Stres – Hal ini terjadi terutama untuk burung yang disuapi/loloh dengan tangan
manusia. Tangan manusia menyebabkan bulu baru tidak bisa berkembang sempurna
dan sebagainya.
Pola
perawatan murai batu masa mabung:
1. Tempatkan
burung di tempat yang sepi, jauh dari lalu lintas manusia. Sebaiknya burung
lebih banyak dalam kondisi dikerodong.
2. Mandi
cukup 1x seminggu saja dan jemur maksimal 30 menit/hari atau kalau untuk
penanganan ekstrim burung mabung, bisa dilakukan perawatan ekstem mabung.
3. Pemberian
porsi EF diberikan lebih banyak karena sangat diperlukan untuk pembentukan
sel-sel baru dan untuk pertumbuhan bulu baru. Misalnya: stelan jangkrik dibuat
5 ekor pagi dan 5 ekor sore, kroto 1 sendok makan setiap pagi dan cacing 2 ekor
3x seminggu
3.
4. Pemberian
multivitamin yang berkualitas yang dicampur di air minum 2x seminggu sangat
perlu.
5. Lakukan
pemasteran: Masa mabung membuat burung lebih banyak pada kondisi diam dan
mendengar. Inilah saat yang tepat untuk mengisi variasi suara sesuai dengan
yang kita inginkan. Lakukan pemasteran dengan tepat, sesuaikan karakter dan
tipe suara burung dengan suara burung master.
·
Apa yang perlu Anda lakukan agar burung dapat
memiliki bulu baru sebaik mungkin?
Pertama-tama,
menyingkirkan segala cacing, kutu, mikroba pengganggu dan parasit lainnya.
Kedua,
pastikan tidak satu pun dari burung Anda menjadi pembawa virus bibit penyakit,
misalnya Polyoma.
Ketiga,
berikan gizi yang cukup selama burung meranggas/mabung dengan pakan yang bagus.
Hanya saja perlu diingat bahwa pakan yang bagus bukan berarti pakan yang
banyak, sebab terlalu banyak pakan yang hanya mengandung karbohidrat misalnya,
hanya akan membuat burung kekurangan gizi meski secara fisik terlihat gemuk.
Demikian informasi tentang Mengenal Jenis Burung Murai Batu dan Cara
Perawatan Burung Murai Batu. Semoga ada manfaatnya
No comments:
Post a Comment